BEKASI, Satunurani.com – Lagi, penerima manfaat Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) mengeluhkan keharusan pembelian bata herbel sebelum pelaksanaan pembangunan, membuat penerima manfaat warga Kampung Bogor, RT. 001 RW. 004, Desa Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terlilit hutang.
Menurutnya, dirinya diharuskan membeli bata herbel terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pekerjaan Rutilahu, untuk syarat penerimaan.
“Karena memang saat itu kami belum punya duit buat beli herbel seadanya itu katanya syarat menerima program Rutilahu,” ujar beberapa warga penerima manfaat ketika ditemui media, Rabu, (19/07/2023).
“Karena saat itu waktu yang ditentukan untuk biaya tukang dalam pembangunan sudah habis, jadi kami terpaksa harus pinjam uang untuk biaya tukang dan pembelian material untuk merampungkan pembangunan rumah,” ujarnya.
“Selama 14 hari kerja duit buat tukang sebesar Rp. 2.5 juta sudah habis, mau tidak mau kita harus bisa menyelesaikan pembangunan, agar bisa ditempati,” terangnya.
“Dan selama pekerjaan rumah kata dia, kami harus ngontrak sampai rumah program rutilahu selesai,” sambungnya.
“Dan kami juga harus ngontrak selama pekerjaan rumah program rutilahu selesai, dan kita sendiri yang harus membayar biaya kontrakan, perbulannya sebesar Rp. 500 ribu,” jelasnya.
Diketahui, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 07/PRT/M/2018 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya. Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah rumah yang tidak memenuhi persyaratan kesalamatan bangunan, kecukupan minimum luas bangunan, dan kesehatan penghuni.
RTLH adalah rumah dengan ciri dan karakteristik yang tidak sesuai dengan persyaratan dan standar sebagaimana tercantum dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan PP No. 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman. (Drt/Nr)
