BERSATU KITA KUAT

Salah Ucap Jadi Kaos Politik, Gus Fawait Diolok Warga Jember

Array
Komentar 0
IMG-20250801-WA0000

JEMBER, Satunurani.com – Jum’at, (01/08/2025). Kelangkaan BBM yang melumpuhkan Jember selama hampir sepekan ternyata tidak cukup membuat Bupati Muhammad Fawait menundukkan kepala atau sekadar menahan diri. Alih-alih mengevaluasi langkahnya, apalagi meminta maaf kepada rakyat yang antre berjam-jam bahkan sampai terjadi bentrok di sejumlah SPBU, Fawait malah memilih langkah mencengangkan: menjadikan ejekan publik sebagai materi kampanye visual.

Dalam unggahan terbarunya, Fawait tampak mengenakan kaos bertuliskan “Gus Darling” di bagian depan dan “Gus Fundamental” di bagian belakang. Dua istilah yang sebelumnya menjadi bahan olok-olok warganet karena digunakan secara keliru dalam pernyataan resminya di tengah puncak krisis.

Padahal sejak Sabtu pagi, 26 Juli 2025, sejumlah SPBU di wilayah Jember Selatan seperti di Balung, Puger, Ambulu, dan Tempurejo sudah tutup total. Warga harus berkeliling puluhan kilometer mencari SPBU aktif, banyak yang kembali dengan tangan hampa. Antrean baru mulai menghilang pada Rabu, 30 Juli, setelah sepekan situasi lumpuh total.

Alih-alih bersimpati, Fawait memilih bersandiwara. Ia tidak hanya gagal menyusun mitigasi sejak awal, tetapi juga gagal membaca sensitivitas publik. Ucapan bahwa “kelangkaan BBM bukan masalah yang sangat fundamental” tak hanya keliru secara substansi, tapi memukul nalar publik yang sedang terluka. Ketika nelayan tak bisa melaut, petani tak bisa memompa air, ojek tak bisa beroperasi, dan masyarakat berebutan liter demi liter BBM, bagaimana mungkin itu dianggap bukan hal mendasar?

Lalu blunder kedua: menyebut “daring” sebagai “darling” dalam konteks pembelajaran online. Kekeliruan ini pun segera menjelma bahan candaan publik. Namun, alih-alih memperbaiki komunikasi dan membangun empati, Fawait justru menggandakan kesalahan itu dengan menjadikannya kaos dan menyandingkannya dengan foto ceria bersama pengusaha besar.

Gaya ini tampaknya berusaha meniru strategi politik tanding yang sempat dimainkan Wapres Gibran dan adiknya, Kaesang Pangarep. Keduanya dikenal lihai mengubah cibiran publik menjadi bahan konten politik yang relatable di kalangan pemilih muda. Tapi ada yang dilupakan Fawait: Gibran dan Kaesang menjawab cemoohan dengan kerja nyata dan gestur politik yang terukur. Ketika slip of the tongue mereka dijadikan konten, setidaknya dibarengi dengan narasi kinerja. Bukan sekadar kaos di tengah derita.

Di Jember, gaya serupa justru berbalik arah: bukan memantik simpati, tapi menambah ironi. Di saat warga berjibaku dengan jeriken dan antrean panjang, Bupati tampil dengan kaos merah muda bak simbol perayaan. Ini bukan politik simbolik yang cerdas, ini justru lelucon publik yang menorehkan luka sosial.

Investigasi di Balik Panggung

Kelangkaan BBM tidak datang tiba-tiba. Sejak 25 Juli, jalur nasional Gumitir ditutup total karena perbaikan. Namun hingga pasokan benar-benar terhenti dan warga panik, tak tampak koordinasi darurat dari Pemkab Jember. Komunikasi dengan Pertamina dan Kemenhub berjalan lamban. Sumber Expose Update menyebutkan, langkah-langkah mitigatif seperti pengecekan stok SPBU atau pengalihan pasokan baru dilakukan setelah tekanan publik memuncak.

Baru setelah suplai dialihkan dari Malang, Surabaya, hingga Semarang, jumlah pasokan meningkat dari 770 kiloliter ke 2.000 kiloliter per hari. Tapi masyarakat keburu menderita dan krisis telah membekas.

Simbolisme Kaos di Tengah Luka

Di tengah rakyat yang mengantre hingga dini hari, Fawait justru tersenyum bersama pengusaha dalam balutan kaos promosi diri. Tanpa satu pun pernyataan konkret atau pemulihan kepercayaan publik. Apakah ini gaya kepemimpinan masa kini? Atau hanya teater politik yang lucu bagi elit, dan menyakitkan bagi rakyat?

Seorang aktivis di Jember Selatan menyindir: “Kaos itu lucu hanya bagi yang tak mengantre. Bagi kami yang hidup dari jeriken dan literan, itu seperti ejekan.”

Kini, publik berhak bertanya: apakah Jember dipimpin oleh negarawan yang bekerja di lapangan, atau oleh pelawak politik yang sibuk mengemas citra di tengah krisis? (Saiful Rahman)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

REKOMENDASI UNTUK ANDA

ARTIKEL TERKAIT