MOROWALI, Satunurani.com – Senin, (17/03/2025). Masyarakat Desa Kolono, Kecamatan Bungku Timur menyegel Kantor Desa Kolono, Senin (17/3/2025) buntut dari SK Pj Bupati Morowali terkait Pemberhentian Kepala Desa. Salah satu Tetua Desa atau Tokoh Masyarakat setempat buka suara.
“Saya melihat aksi penyegelan Kantor Desa ini adalah puncak luapan kemarahan masyarakat. Mereka ini sudah melakukan berbagai aksi penolakan tehadap pemberhentian Kepala Desa. Saya sendiri pernah mendampingi mereka sewaktu masyarakat beramai-ramai mendatangi
Kantor Kecamatan. Bukan apa-apa, Saya hanya tidak ingin Kami sesama keluarga di sini terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkap Husen M.
Ia menegaskan, apa yang dilakukan oleh masyarakat ini didasari oleh dua hal. Pertama, atas kecintaan mereka terhadap sosok pemimpin mereka, yaitu Pak Warham sebagai Kepala Desa
Kolono yang sebelumnya diberhentikan oleh Pj Bupati Morowali, Yusman Mahbub.
“Proses pemberhentian ini memang dianggap oleh masyarakat tidak adil, yang diberhentikan itu adalah pemimpin yang mereka pilih sendiri. Makanya masyarakat juga menolak mau
dipimpin sama yang sebatas Penjabat Kepala Desa,” tegas Husen.
Yang kedua, kata Husen, memang tipe masyarakat Kolono ini bukan masyarakat yang mau menerima
suatu kondisi begitu saja. Apalagi ini soal pemberhentian Kepala Desa.
“Barangkali sudah banyak yang tahu, masyarakat Kolono ini punya sejarah panjang kalau urusan-urusan begini.
Jadi darah-darah panas itu masih ada hawa-hawanya mengalir. Makanya memang, kondisi masyarakat Kolono setelah ada pemberhentian Kepala Desa ini, Saya pribadi jadi was-was. Saya khawatir ini mau jadi konflik yang panjang, baku hantam sesama kami di sini. Ini semua yang sebenarnya harus menjadi perhatian kita bersama, utamanya pemerintah daerah dalam kapasitasnya untuk menciptakan situasi yang aman dan kondusif di dalam kondisi masyarakat,” ungkapnya.
“Kenapa saya bilang ini jadi perhatian pemerintah daerah? Karena memang kunci penyelesaiannya sekarang ini ada sama mereka. Masyarakat ini menuntut supaya SK Pemberhentian Kepala Desa itu dibatalkan. Itu saja permintaannya mereka, kalau saya lihat, bukan permintaan yang berat itu. Karena memang Pemda bisa dan mereka punya
kewenangan,” tandasnya.
Husen menilai, situasi masyarakat saat ini tidak boleh dianggap biasa, harus ada perhatian khusus dari Pemerintah Daerah.
“Jangan dibiarkan terus berlarut-larut. Kita tidak minta-minta, apalagi kalau sampai terjadi pengrusakan atau sampai ada korban jiwa. Jangan sampai terjadi yang begitu. Mumpung semua masih bisa diselesaikan, mari sedini mungkin kita selesaikan persoalannya. Jangan
tunggu masalah sudah besar baru mau diurus. Kan lebih baik mencegah daripada mengobati,” kata Husen dengan tegas.
Imam Masjid Al-Kautsar itu mengakui bahwa dirinya sendiri setiap malam ditemui orang-orang yang datang ke rumahnya dan masing-masing membawa perasaan jengkel dan marahnya. Namun Husen selalu mengingatkan untuk tidak melakukan hal-hal yang kelewatan batas.
“Saya selalu berusaha juga mengingatkan semampu saya. Tapi Saya lihat karena ini sudah berlarut-larut kurang lebih 2 bulan, ini yang Saya bilang tadi kalau saya juga khawatirkan. Barangkali tinggal menunggu waktu, emosi masyarakat ini akan meledak juga. Dan kita tidak bisa bayangkan apa yang kira-kira mau terjadi. Jadi jangan kita tunggu apa yang kita tidak inginkan itu terjadi. Ini bisa kita hindari, sekali lagi,
kuncinya ada sama Pemerintah Daerah,” tegas Husen.
Ia berharap semoga persoalan ini bisa jadi perhatian serius. Gara-gara urusan ini, Husen melihat orang-orang ini sudah tidak betul-betul menjalani Bulan Suci Ramadhan ini dengan baik.
“Mumpung ini bulan penuh rahmat, kita
sama-sama berdoa semoga kita semua diberikan rahmat dan perlindungan dari Allah SWT untuk kampung dan masyarakat Desa Kolono,” tutup Husen seraya berdoa. (Drm)